Rasa

Rasa itu makin ada jadinya. Itulah yang terjadi. Rasa tanpa sebuah definisi yang pasti, hanya bisa dirasakan, tak bisa diejawantahkan dengan kata. Disadari olehnya bahwa rasa itu adalah hal yang teramat wajar hadir dalam kehidupan, siapapun, di manapun dan kapanpun. Ia tak mengenal batas ruang dan waktu.

Yang jadi pekerjaan selanjutnya adalah, akan dibawa ke mana rasa itu? apa kelanjutan nasib dari sebuah rasa. Seberapa pandaikah diri untuk menyimpan dan memendam sebuah rasa? Dengan rasa kadang diri bahagia tapi dengan rasa pula terkadang diri menjadi tersiksa.

Yang paling didamba adalah rasa ini kan segera bermuara. Namun, apakah rasa ini hanya bisa menunggu datangnya petunjuk jalan menuju muara? Atau haruskah rasa menjemput mimpinya, menuju ke muara yang menjadi pilihanya?

Penuh harap dan do’a, agar rasa berakhir bahagia, bukan nestapa. Karena diri pun tak tahu sampai kapan ia bisa mengendalikan rasa.

Sebuah do’a mengiringi rasa tuju muaranya..semoga tak lama lagi muara penuh bahagia yang didamba kan menyapa rasa..
bahagia sekarang dan selamanya…

0 comments:

Posting Komentar

Halaman

Teman I-Can

Ingin Menyapa?