Oh Ibu............

Mendadak ingin menuliskan ini, padahal tadinya aku sangat bersemangat menulis suatu tema baru di blogku. Tahu kenapa sebabnya? Hampir sejak 15 menit sebelum aku menuliskan kisah ini, aku mendengar seorang ibu di samping kosanku yang sedang membentak dan memarahi buah hatinya. Kalo dari suara tangisanya, anak kecil itu ku kira berumur 4 atau 5 tahunan.
Aku sedih, sedih sekali mendengar pilihan kata yang keluar dari sang ibu. Perkataan dengan nada keras disertai tindakan (entah memukul atau apa aku kurang tahu). Yang jelas setiap sang ibu selesai berucap nada tinggi setengah berteriak, sang anak mengeraskan tangisanya hingga napasnya tersengal-sengal. Kutipan kalimat penuah amarah yang berhasil membuat hatiku pilu dan bergidik :

Kalo mau main itu ingat waktu, waktunya pulang pulang!!!
Udah sore g pake di suruh harusnya mandi!!!
Mau jadi apa kamu??
Ga tahu waktu begitu!!

Mau mama pukul pake ini??? (aku kurang tahu sang ibu menunjukkan barang apa, karena kami hanya bertetangga dan beda dinding rumah)

Sang anak masih menangis terisak-isak. Masih dengan nada marah namun agak menurun intonasinya sang ibu melanjutkan marahnya.
Mama malu kalo punya anak penyakitan
Yang bengeklah, gudigan, dikit2 meriyang
(ya Robbana,,aku sedih mendengarnya)

Sang anak masih melanjutkan tangisanya sambil dengan samar ia memanggil : ayah...ayah.. seolah ia membutuhkan sosok yang diharapkan akan memberikan perlindungan atasnya.

Itulah nukilan peristiwa yang baru saja aku dengar. Sambil terus memandikan anaknya-yang sepertinya sudah sejak siang tadi bermain di luar rumah- sang ibu terus mengulang kalimat penuh emosi yang baru saja aku tuliskan berwarna merah itu.

Aku hampir ikut manangis, bahkan telingaku pun seolah menolak pilihan kata yang keluar dari sang ibu itu. Iya, seorang ibu. Ibu yang bagiku adalah sekolah pertama dan utama dalam kehidupan seoarang anak manusia.

Duhai ibu sang anak itu, aku yakin engkau tahu, bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan nasihat pada buah hatimu. Karena aku pun yang belum jadi ibu, sedikit tahu bagaimana yang seharusnya. Duhai ibu sang anak itu, tahukan engkau jika, setiap ucapan dan sikap yang pernah engkau lakukan di depan anakmu lambat laun akan menjadi standar kebenaran bagi anakmu. Anakmu akan mengira bahwa cara terbaik untuk menasehati adalah dengan memukul, dengan membentak, dengan mencubit dan berteriak. Anakmu juga akan mengira jika disiplin itu bersaudara dengan kekerasan.

Yaa Rahman...semoga Engkau bukakan hati setiap ibu di dunia ini, hingga mereka akan mendidik setiap buah hati yang merupakan amanah dari-Mu dengan kearifan.

Tak lupa aku selipkan do'a untuk wanita agung dalam hidupku : ibuku.
Dekap ia dalam kasih sayang dan petunjuk-Mu, jadikan ia wanita mulia dihadapan-Mu.....Amin

0 comments:

Posting Komentar

Halaman

Teman I-Can

Ingin Menyapa?